Rumah Sutera Alam Ciapus adalah sebuah wisata edukasi di kabupaten Bogor. Di tempat ini kita diajak untuk menyaksikan proses pembuatan kain sutra. Sejak awal. Mulai dari pemeliharaan ulat hingga menjadi kain sutra siap pakai. Tertarik? Setelah workshop di Kampung Budaya Sindangbarang, Indonesia Corners mengajak para peserta ke tujuan wisata berikut, Rumah Sutera Alam Ciapus. Lokasi kedua tempat ini berdekatan. Keduanya beralamat di desa Pasireurih Kecamatan Taman Sari Bogor. Turun dari angkot hijau langsung tertarik melihat penampilan luar Rumah Sutera Alam Ciapus. Sepintas mirip villa, karena ada bangunan rumah dan taman-taman tertata cantik. Malah di luar pagar slot server kamboja no 1 depannya ada kaktus besar berbunga kuning yang indah.
Pengembangan Ulat Sutra di Ciapus Bogor
Ruang Raw Silk
Ruang berikutnya adalah ruang Raw Silk, ruang pemintalan cocon menjadi benang. Di ruangan ini cocon direbus untuk menghilangkan zat pelekatnya. Lalu ujung serat cocon dikaitkan pada mesin pemintal. Pupa di dalam cocon bisa dibuat lauk. Jadi tak ada yang mubazir. Walau sempat terbersit rasa kasihan pada si pupa yang tak bisa menjadi kupu-kupu. Tetapi sebagi kupu-kupu pun hidupnya tak akan lama.
Benang sutra yang telah selesai dipintal sudah bisa dijual. Harganya Rp 1.000.0000 sampai Rp 1.200.000 per kilogram. Pak Yan memberi contoh perbandingan produk benang sutra Indonesia dengan Thailand. Perbedaan terjadi karena karena jenis ulat sutra yang dipakai tak sama. Sutra produk lokal berwarna putih. Sedangkan sutra asal Thailand berwarna kuning. Dahulu Rumah Sutera sempat memelihara ulat sutra dari Thailand, tetapi kini tidak lagi.
Ruang berikutnya adalah ruang Raw Silk, ruang pemintalan cocon menjadi benang. Di ruangan ini cocon direbus untuk menghilangkan zat pelekatnya. Lalu ujung serat cocon dikaitkan pada mesin pemintal. Pupa di dalam cocon bisa dibuat lauk. Jadi tak ada yang mubazir. Walau sempat terbersit rasa kasihan pada si pupa yang tak bisa menjadi kupu-kupu. Tetapi sebagi kupu-kupu pun hidupnya tak akan lama.
Benang sutra yang telah selesai dipintal sudah bisa dijual. Harganya Rp 1.000.0000 sampai Rp 1.200.000 per kilogram. Pak Yan memberi contoh perbandingan produk benang sutra Indonesia dengan Thailand. Perbedaan terjadi karena karena jenis ulat sutra yang dipakai tak sama. Sutra produk lokal berwarna putih. Sedangkan sutra asal Thailand berwarna kuning. Dahulu Rumah Sutera sempat memelihara ulat sutra dari Thailand, tetapi kini tidak lagi.
Galeri Sutra Alam
Produk akhir sutra dan produk sampingan dijual di galeri. Di sini bisa dilihat dan dibeli kain sutra polos warna warni atau yang telah dibatik. Bentuknya berupa sarung, syal atau produk siap pakai berupa blus dan kebaya. Untuk pembatikan kain-kain Slot88 ini dikirim ke Cirebon. Produk sampingan pun disediakan di sini. Ada teh daun murbei, gantungan kunci dari cocon yang telah dikeluarkan pupanya, hingga cocon untuk masker.
Rumah Ulat Sutra
Ulat Sutra dari jenis Bombyx mori ditempatkan di sebuah ruangan tertutup dan steril. Karena ulat sutra ini sensitif sekali, gampang mati. Makanya pintu ruangan harus selalu ditutup. Rumah ulat pun selalu harus bersih dan disemprot dengan desinfektan. Rumah Ulat Sutera membeli telur ulat dari KPSA (Kesatuan Pengusahaan Sutra Alam) Soppeng di Sulawesi Selatan. Yang diizinkan menangkar ulat sutra di Indonesia hanya di Soppeng dan di Semarang. Izin diberikan oleh Kementrian Kehutanan.
Telur yang dibeli dalam 1 box kecil berjumlah 25.000 butir telur. Telur ulat ukurannya sangat kecil, mungkin seukuran biji bayam.Setelah telur menetas, ulat sutra kecil diberi pakan daun murbei 4 kali sehari. Waktu pemberiannya pun teratur jam 7, 11, 15 dan 16. Setelah kurang lebih satu bulan ulat akan mulai membuat kepompong atau cocon.